



Sekuel novel Beauty for Sale karya Fradhyt Fahrenheit ini mengisahkan hubungan lima sahabat yang terancam bubar karena mencintai pria yang sama. Di luar itu, berbagai cerita mulai dari pertikaian hati nurani, penculikan putri konglomerat yang menggemparkan Singapura, pembantaian sadis seleb gay, kisah para metroseksual yang glamor tetapi penuh kepalsuan, gemerlap kehidupan para single jet set hingga cerita tentang club super hip di antara kemewahan aroma wine vintage dan symbolic, digambarkan dengan bahasa yang ringan, nyata, dan inspiring."ClearAfterHoursMagz"
Seru"CleoMagz"
Kita memang hidup di dunia yang nggak adil. “Inul, lo gak boleh goyang sexy, tapi gue boleh kawin cerai kawin cerai!”. Dan kita hidup di dunia absurd, “Banci di jalan di kejar-kejar, tapi Tessy membuat kita terbahak-bahak”. Dunia stereotype, laki-laki gak boleh nangis, kecuali mau disamain dengan Emon. Biru untuk anak laki-laki, pink untuk anak perempuan. Gay adalah banci.
Dulu dong, pernah ikutan uji HIV oleh salah satu LSM. Sebelum di-test, disurvey dulu, dengan kuesioner yang ngujubilah panjangnya. Dan pertanyaan seputar sex behavior. Untungnya waktu itu gue belum binal… hihi… jadi interview-nya sebentar. Berani interview sekarang… mau seharian??? Hehe…
Temen di kantor lama, cantik. Sayang cewek! Tapi gue sayang banget ama dia! She’s so smart, very good English yang bikin gue bete kalo dia ngebenerin gue ngomong dan ngetawain report gue, very good sense of humor, jago nyetir [which I don’t!], so mature, dan independent.
So what’s not to love about her? Except she doesn’t have penis – which I love?
So, we are becoming a good friend. Gue jadi tempat dia curhat. Karena ternyata di balik wajah cantik dan otak cemerlangnya, segunung masalah ada di bayangannya. Hidup seperti sinetron, sampai gue pikir, jangan-jangan penulis sinetron pada interview dia?
By Fa